berita7up.com - Jamie Vardy seketika menjelma sebagai mesin gol Inggris setelah membuat catatan gol menawan ini selepas kontra Wales.
Kemilau Jamie Vardy kian bersinar terang seiring dengan perkembangan pesatnya besama Leicester City dan timnas Inggris.
Seakan tak berhenti membuat sensasi setelah membawa The Foxes juara Liga Primer Inggris musim lalu, kembali penyerang gesit itu membuat sebuah catatan mentereng di level internasional selepas laga kontra Wales di lanjutan fase grup Euro 2016.
Berkat golnya di menit ke-54 dalam Britain Derby, yang menyeimbangkan keadaan sebelum Daniel Sturridge menentukan kemenangan di menit-menit akhir menjadi 2-1, Vardy kini mencatatkan lima kali shot on target, dengan empat di antaranya berbuah gol dan hanya sekali bisa diselamatkan kiper lawan.
Dalam lima partai terakhir yang dilakoninya dengan The Three Lions, pemain berusia 29 tahun itu sudah mengemas empat gol. Ya, dengan kata lain, Vardy hanya membutuhkan satu kesempatan untuk membuat shot on target di msing-masing lima pertandingan terakhir itu untuk menciptakan empat gol! Benar-benar predator!
Ada pun kemenangan ini membuat Inggris kini mengudeta posisi puncak Grup B dengan mengemas empat poin, unggul satu angka dari Wales selaku runner-up. Di laga pamungkas babak grup, Inggris akan bentrok dengan Slovakia.
berita7up.com - Suporter cantik Rusia ini hadir saat pertandingan antara Inggris melawan Rusia di grup B Piala Eropa 2016 di Stade Velodrome, Marseille
Suporter cantik Austria ini tampil dengan hiasan kepala berbentuk bola saat mendukung timnya melawan Hungaria di Stadion Matmut Atlantique, Bordeaux, (14/6/2016).
Si cantik ini tidak hadir langsung saat Jerman mengalahkan Ukraina, tapi turut merayakan kegembiraan di Brandenburg Gate, Berlin, Jerman, (12/6/2016).
Suporter Prancis ini hadir di laga pembuka Piala Eropa 2016 antara Prancis melawan Rumania di Stade de France, Saint-Denis, (10/6/2016).
Hiasan di kepala dan bendera Ukraina menambah kecantikan suporter ini yang hadir ketika Ukraina melawan Jerman di Stade Pierre Mauroy, Lille.
Prancis dikenal sebagai gudangnya wanita cantik, tak terkecuali suporter yang hadir dalam laga pembuka di Stade de France, Saint-Denis, (10/6/2016) ini.
Suporter Portugal ini mengecat wajahnya dengan gambar bendera Portugal saat mendukung timnya melawan Islandia di Stadion Geoffroy-Guichard, Saint-Etienne, (14/10/2016).
Si cantik dari Prancis ini mendukung tim tuan rumah dalam laga pembuka di Stade de France, Saint-Denis, (10/6/2016).
Penampilan cantik bak seorang ratu membuat suporter Rusia ini menjadi daya tarik tersendiri dalam laga Rusia melawan Inggris di Stade Velodrome, Marseille,
berita7up.com - Dari Denmark 1992 sampai Yunani 2004, dari Luigi RIva sampai Antonin Panenka. Inilah para juara paling mengejutkan dalam sejarah Piala Eropa!
Sepanjang sejarah penyelenggaraan Piala Eropa, tidak terlalu banyak juara kejutan yang muncul. Namun, saat terjadi terjadi, kejutan itu benar-benar hebat. Dengan jumlah peserta yang semakin membengkak di edisi 2016 ini, mungkin peluang terjadinya kejutan besar juga membesar. (Atau mungkin tidak, jika melihat hasil-hasil sejauh ini.)
Apapun itu, mari kita melihat sedikit ke belakang untuk menikmati kembali cerita tentang beberapa juara tidak terduga, ataupun yang lumayan mengejutkan, di sepanjang sejarah Piala Eropa.
Euro 1968 – Italia
Pada Piala Dunia 1966 yang tidak akan pernah hilang di kepala orang-orang Inggris entah sampai kapanpun itu, Italia hanyalah sebuah tim pelengkap. Lolos ke fase grup, Azzurri hanya mampu finis di posisi tiga dan harus rela terlempar sejak awal turnamen. Hal yang berbeda muncul di Piala Eropa hanya dua tahun setelahnya.
Dengan sesi kualifikasi yang cukup merepotkan, Piala Eropa kali ini akhirnya menghasilkan empat tim saja yang lolos ke putaran berikutnya, yang ketika itu disebut turnamen final. Keempat tim ini adalah: Inggris (penampilan perdana sang juara dunia di Euro), Italia (tuan rumah, sekaligus penampilan perdana juga), Uni Soviet, dan Yugoslavia.
Jika melihat sejarah dua turnamen sebelumnya dan juga Piala Dunia '66, maka Italia adalah yang paling tidak diunggulkan dari semuanya. Namun setelah kemenangan atas Uni Soviet dengan cara, ehm, tos-tosan koin di semifinal, Italia pun menghadapi tantangan Yugoslavia di final yang berlangsung di Stadion Olimpico.
Lagi-lagi perjalanan yang sulit harus dilalui Luigi Riva dan kawan-kawan. Final pertama berakhir imbang 1-1 bahkan setelah perpanjangan waktu. Karena adu penalti belum dikenal dan tidak mungkin dilakukan tos-tosan koin lagi, final kedua pun dilangsungkan hanya berselang dua hari. Kali ini, Italia sukses memastikan kemenangan 2-0 dan mendapatkan gelar perdana mereka di kancah Eropa, dalam penampilan perdana mereka.
Euro 1976 – Cekoslowakia
Menjelang Euro 1976, ada satu negara yang begitu mendominasi sepakbola dunia dan Eropa: Jerman Barat. Dengan status sebagai juara Eropa di tahun 1972 dan juara dunia dua tahun setelahnya, peluang negara ini untuk menciptakan hattrick gelar di turnamen besar terbuka begitu lebar. Sedangkan Cekoslowakia bahkan tidak terlihat sama sekali di Piala Dunia dua tahun sebelumnya.
Namun di turnamen terakhir yang menggunakan format empat negara di putaran final ini, Cekoslowakia mampu menciptakan sebuah kejutan yang hebat. Lolos bersama juara dan runner-up Piala Dunia sebelumnya, Jerman Barat dan Belanda, plus sang tuan rumah Yugoslavia, peluang tim ini terlihat tidak terlalu meyakinkan.
Di semifinal yang berlangsung di Zagreb, Cekoslowakia menunjukkan tajinya dengan menaklukkan Belanda 3-1 untuk memastikan diri lolos ke laga final. Lawannya? Tim yang sedang dominan di Eropa ketika itu: Jerman Barat dengan Dieter Muller-nya yang tajam.
Partai final berlangsung dengan seru. Cekoslowakia unggul 2-0 terlebih dahulu di 25 menit pertama, sebelum Jerman Barat bangkit dan akhirnya mendapatkan gol penyama kedudukan satu menit menjelang pertandingan usai. Laga pun berlanjut ke perpanjangan waktu, dan akhirnya… ddu penalti. Sang juara dunia pun harus takluk 3-5 dan dunia pun diperkenalkan pada sebuah teknik penalti paling terkenal hingga detik ini: Panenka.
Gol dari titik penalti Antonin Panenka dengan cara, err, Panenka menjadi penentu gelar juara Cekoslovakia di tahun ini dan menghentikan sementara dominasi Jerman Barat (yang juara lagi di Piala Eropa selanjutnya).
Euro 1988 – Belanda
Belanda mungkin salah satu negara kuat di sepakbola Eropa, namun menjelang Euro 1988, sulit menyebut tim ini adalah calon kuat Juara. Absen di Piala Dunia Meksiko 1986, Belanda bahkan terlihat terseok-seok di fase grup setelah harus rela kalah dari Uni Soviet di laga pembuka. Dengan Jerman Barat sebagai tuan rumah, ditambah lagi kehadiran Italia, Spanyol, dan Inggris, membuat posisi Oranje terlihat tidak terlalu meyakinkan.
Namun tim Belanda yang punya nama-nama mengerikan semacam Marco van Basten dan Ruud Gullit menunjukkan kelas mereka dengan menaklukkan Inggris secara meyakinkan di laga kedua dan memastikan diri lolos dengan kemenangan tipis 1-0 atas Republik Irlandia. Tiket semifinal pun di tangan, dan tuan rumah Jerman Barat, alias juara grup sebelah, menanti.
Euro 1992 – Denmark
Inilah salah satu kisah Cinderella paling terkenal dalam dunia sepakbola. Denmark muncul dari sekadar tim pengganti Yugoslavia – yang harus didiskualifikasi karena kekacauan dan perang di negara mereka – menjadi tim paling sukses di turnamen edisi kali ini. Ledakan dinamit ala Denmark tidak dapat diantisipasi tim unggulan manapun.
Denmark juga sebetulnya tidak terlihat meyakinkan di awal-awal turnamen, dan hanya lolos ke babak gugur dengan pas-pasan lewat hasil satu hasil imbang, satu kekalahan, dan satu kemenangan. Setelah hanya bisa bermain imbang tanpa gol dengan Inggris, peluang mereka untuk lolos tampak suram karena kekalahan dari Swedia. Namun di laga terakhir, Perancis sukses ditaklukkan dengan skor 2-1 dan mereka pun berhasil memperpanjang napas.
Euro 2004 – Yunani
Euro 2004, bisa dikatakan, merupakan salah satu turnamen yang paling mengejutkan. Inilah turnamen yang membuktikan bahwa sepakbola bertahan bisa menghasilkan gelar paling bergengsi bagi penganutnya. Dan juga, salah satu turnamen yang membuktikan bahwa sebuah generasi emas yang bermain di rumah sendiri, bisa terpeleset dua kali menghadapi salah satu tim paling mengejutkan sepanjang sejarah.
Yunani membuka turnamen di mana mereka kembali tampil setelah 24 tahun absen dari turnamen besar dengan sebuah kejutan besar: mengalahkan tuan rumah Portugal 2-1. Sebuah hasil yang dilanjutkan dengan hasil imbang 1-1 dengan Spanyol dan kekalahan 1-2 dari Rusia. Dengan poin dan selisih gol yang sama persis dengan Spanyol, tim dari negeri dewa dewi ini beruntung bisa lolos karena menciptakan gol lebih banyak (empat dibandingkan dua).
Dengan beberapa tim besar yang tersungkur di fase grup, peluang untuk memenangkan gelar juara Eropa tahun itu menjadi sangat terbuka. Yunani kemudian melanjutkan kejutan mereka di perempat final dengan mengalahkan juara bertahan Perancis dengan skor 1-0.
berita7up.com - Tak banyak gol yang tercipta di fase pertama babak penyisihan grup Piala Eropa tahun ini. Fase pertama babak penyisihan grup Piala Eropa yang ditutup dengan hasil imbang 1-1 antara Portugal dan Islandia, Selasa (14/6) waktu setempat, totalnya menghasilkan 22 gol.
Jumlah itu tercipta dari 12 pertandingan sehingga membuat satu pertandingan di fase pertama Piala Eropa rata-rata menghasilkan 1,8 gol.
Skor terbesar dari enam pertandingan itu adalah 2-0 yang diperoleh Jerman, Italia, dan Hungaria dalam kemenangan atas lawan masing-masing. Sisanya: tiga pertandingan berakhir 1-1, empat pertandingan berakhir 1-0, dan dua pertandingan berakhir 2-1.
Rataan gol di fase pertama ini tentunya kalah dari yang dihasillkan pada Piala Eropa sepanjang abad ke-21 ini. Sejak tahun 2000 sudah ada lima ajang Piala Eropa digelar.
Jumlah rata-rata gol terbanyak adalah Piala Eropa 2000 yang digelar di Belanda-Belgia. Kala itu rata-rata gol yang tercipta adalah tiga gol per pertandingan.
Selanjutnya pada Piala Eropa 2004 di Portugal rataan golnya adalah 2,1 gol per pertandingan, Piala Eropa 2008 di Austria-Swiss rata-rata dua gol per pertandingan, dan terakhjir Piala Eropa 2012 di Polandia-Ukraina tercipta rata-rata 2,5 gol per pertandingan.
Rata-rata gol fase pertama Piala Eropa tahun ini di Perancis hanya lebih baik dibandingkan ajang empat tahunan Eropa itu dua dekade silam, ketika Piala Eropa 1996. Dalam ajang yang digelar di Inggris itu tercipta rata-rata 1,6 gol per pertandingan pada fase pertamanya.
Dalam hal jumlah gol, Piala Eropa kali ini yang diselenggarakan di Perancis memang menggungguli tiga ajang sebelumnya. Dengan 22 gol yang tercipta, Piala Eropa di Perancis ini mengungguli Piala Eropa 2012 (20 gol), Piala Eropa 2008 (16 gol), dan Piala Eropa 2004 (17 gol).
Namun, 22 gol di Piala Eropa kali ini diciptakan dari 12 pertandingan dan 24 negara. Sedangkan Piala Eropa sebelumnya hanya melibatkan delapan pertandingan dan 16 negara pada fase pertama babak penyisihan grup. Minim Selisih Gol
Anjloknya rata-rata gol per pertandingan di Piala Eropa kali ini sendiri tak lepas dari minimnya selisih gol negara-negara kontestan pada fase pertama babak penyisihan grup.
Di Piala Eropa kali ini, hanya ada tiga negara yang mampu unggul hingga selisih dua gol pada fase pertama ini, yakni Jerman (2-0 vs Ukraina), Italia (2-0 vs Belgia), dan Hungaria (2-0 vs Austria).
Sedangkan, selain Wales yang mampu unggul 2-1 atas Slovakia, hasil imbang 1-1 dan 1-0 merupakan hasil akhir yang paling sering muncul di Piala Eropa 2016 ini.
Catatan ini jelas kalah jika dibandingkan perhelatan Piala Eropa sebelumnya. Pada Piala Eropa 2012, Rusia berhasil meraih kemenangan telak 4-1 atas Republik Ceko di fase pertama.
Sementara pada Piala Eropa 2008 tercipta kemenangan telak seperti Spanyol atas Rusia (4-1), dan keunggulan Belanda atas Italia (3-0).
Satu-satunya hal positif dalam hal catatan gol di fase pertama Piala Eropa kali ini hanyalah tak ada hasil imbang tanpa gol. Catatan tersebut menyamai hasil fase pertama Piala Eropa 2012, ketika saat itu tak ada hasil imbang tanpa gol di pekan pertama turnamen elite Eropa itu.
Sedangkan hasil imbang tanpa gol mewarnai perhelatan Piala Eropa 2008 ketika Rumania bermain imbang 0-0 melawan Perancis. Di Piala Eropa 2004 juga muncul hasil imbang tanpa gol ketika Italia ditahan Denmark dan Kroasia berbagi angka dengan Swiss.
berita7up.com - Kepolisian Perancis telah meningkatkan keamanan di markas tim nasionalInggris di Chantilly dengan menggunakan drone atau pesawat tanpa awak dan penambahan petugas keamanan untuk mengawasi sesi latihan The Three Lions, Rabu (15/5/2016).
Tiga anggota polisi terlihat mengoperasikan dua buah pesawat tanpa awak. Sementara itu, personel tambahan berkeliling markas latihan saat Wayne Rooney dan kawan-kawan berlatih.
Peningkatan keamanan ini tidak terlepas dari kekhawatiran manajer Inggris, Roy Hodgson, terhadap mata-mata dari tim rival.
Sementara itu, 23 pemain Inggris mengikuti latihan yang digelar pagi waktu setempat. Latihan ini merupakan bagian dari persiapan Tiga Singa jelang melawan Wales, di Stade Bollaert-Delelis, Lens, Kamis (16/6/2016).
Pasukan Roy Hodgson wajib meraih kemenangan untuk membuka peluang lolos ke babak 16 besar. Maklum, Inggrishanya mampu bermain imbang 1-1 dengan Rusia pada pertandingan pertama penyisihan Grup B.
berita7up.com - Bendera kerap menjadi perlengkapan wajib untuk suporter fanatik di turnamen besar seperti Piala Eropa. Dalam rangkaian Euro 2016 ini suporter Irlandia mampu tampil dengan kreativitasnya yang luar biasa, yang mungkin tak akan bisa dilakukan di Indonesia. Mereka melengkapi bendera negara itu dengan gambar-gambar menarik atau tulisan yang lucu atau menghibur.
Kreativitas mereka itu pun menjadi viral di media sosial, termasuk twitter. Berikut di antaranya:
berita7up.com - Saya secara alami berpikir final Liga Champions sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar pertempuran milik suporter sepak bola di Madrid. Namun, Real dan Atletico, klub yang disebut terakhir ini sayangnya menghentikan Bayern Muenchen di semifinal, benar-benar layak untuk pertarungan tahun ini.
Laga itu mengulang final di Lisabon tahun 2014, ketika itu pun pertandingan berlangsung hingga perpanjangan waktu. Kemudian, bagaimanapun, Real mengemas kemenangan di babak perpanjangan waktu.
(Final) Kali ini, pertandingan sama dramatisnya, serta mengingatkan saya pada final legendaris tahun 1974 di Brussels, ketika kami di Bayern Muenchen menghadapi Atletico. Kedudukan masih 0-0 pada waktu normal, dan pada perpanjangan waktu, kami hampir terpuruk dan keluar dari persaingan saat Atletico mencetak gol.
Namun, kemudian, dengan segenap kekuatan, gol yang dicetak bek tangguh Georg "Katsche" Schwarzenbeck pada menit-menit akhir mampu menepis rasa putus asa (tim). Waktu itu tidak ada adu penalti untuk penentu pemenang jika laga berakhir seri hingga perpanjangan waktu.
Waktu itu digunakan mekanisme pertandingan ulang. Kedua tim kemudian bertemu lagi dua hari kemudian di tempat yang sama. Bayern memenangi laga itu dengan skor telak, 4-0.
Apa yang diraih Barcelona dengan memenangi Liga Champions tahun lalu, dan Sevilla yang memenangi gelar Liga Europa saat ini, saya pikir dapat menyimpulkan tentang Spanyol yang menguasai persaingan antarklub sepak bola Eropa sekarang.
Klub yang mampu menyamai hanya Bayern yang menjadi kampiun Bundesliga dan Borrusia Dortmund di peringkat kedua. Kemungkinan juga Juventus. Dalam ajang apa pun, kita dapat menyimpulkan bahwa uang dalam jumlah besar yang mengalir di klub Inggris belum menghasilkan pencapaian apa pun.
Saya merasa sedikit kasihan kepada pemain Real-Atletico. Menjelang akhir, hanya beberapa di antara mereka yang "berada di asap", tidak ada yang tertinggal di tangki. Di Spanyol, dengan liga yang terdiri atas 20 tim, mereka lebih banyak dituntut untuk menjalani laga.
Lalu ada pertandingan piala nasional dan kompetisi internasional. Dan pada final Sabtu malam, di atas itu semua, pertandingan harus dilanjutkan dengan 30 menit perpanjangan waktu tambahan dan kemudian adu penalti.
Dalam keadaan seperti itu, pemain harus menemukan sesuatu yang ekstra dalam dirinya, lihat saja pemain seperti Gareth Bale. Rasanya sakit melihat dia diganggu kram, tertatih-tatih di lapangan, tetapi kemudian ia mengeksekusi penalti.
Dalam pandangan saya, Real Madrid pantas meraih kemenangan setelah penantian sekian lama. Di masa lalu, Cristiano Ronaldo tidak akan pernah berpikir untuk ke belakang membantu pertahanan. Namun, sekarang, hal itu merupakan bagian dari tugasnya di Real, begitu juga dengan pemain depan seperti Bale dan Karim Benzema.
Semua saya pikir sama dengan saya, yang berharap tahun depan kita tidak akan melihat lagi final antarklub sekota untuk Liga Champions. Mungkin pelatih baru Bayern, Carlo Ancelotti, akan berhasil memimpin Bayern Muenchen. Dia terakhir berhasil pada 2014 bersama Real Madrid. Secara keseluruhan, sebagai pelatih, ia telah memenangi Liga Champions tiga kali. Bukan pertanda buruk, saya rasa.
Tanpa istirahat
Sebagian besar pemain yang berdiri di lapangan di Milan, untuk tampil di final Liga Champions, tidak bisa beristirahat barang sebentar pun. Dalam waktu dua pekan kemudian Piala Eropa dimulai, dan Spanyol, sebagai pemegang gelar, unjuk gigi. Bagi saya, ada tiga tim favorit: juara dunia 2014 Jerman, tuan rumah turnamen Perancis, dan Spanyol sebagai juara bertahan Eropa.
Spanyol tak lagi memiliki Xavi Hernandez, dan pelatih Vicente del Bosque juga mengeluarkan "kuda tua" seperti Fernando Torres dan Diego Costa. Pelatih sedang mencoba meremajakan timnya, sembari tetap menjaga kualitas tim "Matador".
Dengan adanya Saul Niguez dari Atletico, ia memiliki striker berbahaya berusia 21 tahun. Dia benar-benar menghancurkan Bayern di Madrid dengan solo run dan golnya. Ada juga Lucas Vasquez, pemain 24 tahun yang datang sebagai pemain pengganti bagi Real di final Liga Champions, yang memenuhi kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Dia menjadi eksekutor pertama dari titik penalti. Dengan tenang ia mengonversi tembakannya menjadi gol, seolah tidak ada yang lebih dipertaruhkan dari sebuah pertandingan persahabatan.
Perancis harus mampu mengoptimalkan keuntungan sebagai tuan rumah. Mereka memiliki Antoine Griezmann yang telah berkembang menjadi pemain kelas dunia di Atletico.
Pemain berusia 25 tahun ini mencetak gol penyama kedudukan 1-1 melawan Bayern pada pertandingan kedua di Muenchen, hingga memukul Bavarians keluar. Banyak striker takut jika berhadapan satu lawan satu dengan kiper Manuel Neuer, tetapi tidak dengan Griezmann.
Terakhir, Jerman. Pelatih Joachim Loew juga membawa pemain-pemain baru. Di Bundesliga, banyak pemain muda yang matang dan memiliki potensi besar. Jarang pelatih dapat merekrut banyak pemain berbakat.
Namun, selain tiga favorit ini, ada beberapa negara lain yang mungkin memberikan kejutan. Belgia, misalnya. Tim ini terdiri tidak hanya dari Kevin de Bruyne, tetapi juga pemain berpenampilan mengesankan Yannick Carrasco, yang mencetak gol penyama Atletico saat melawan Real.
Dan kemudian, tentu saja, ada Italia. Mereka mungkin tidak lagi memiliki pengatur serangan sehebat Andrea Pirlo atau striker tak terduga Mario Balotelli, tetapi pada saat turnamen Anda selalu harus memperhitungkan Italia.
berita7up.com – Setelah menunggu sekian lama, mulai akhir pekan ini anda sudah bisa menyaksikan pertarungan klub-klub liga Inggris musim 2016-2017. Pertandingan akan dimulai tanggal 13 agustus 2016 – 21 mei 2017.
CATATAN: – beIN Sports 1, 2 dan 3 tersedia di Orange TV, NexMedia dan K-Vision – FOX Sport, FOX Sport 2 tersedia di IndoVision / OkeVision / TopTV / Firstmedia / NexMedia / Orange TV – Star Sports tersedia di IndoVision / OkeVision / TopTV / Firstmedia / NexMedia / Orange TV – GOL, NEX Entertainment, O Channel & FIGHT Sport tersedia di NexMedia – QUAD Sport, FIGHT Sport, Festival, Top Hits, Jowo, Outdoor dan Dangdut Channel tersedia di Orange TV – Beritasatu Sports tersedia di Firstmedia / Big TV – Waku Waku tersedia di IndoVision / OkeVision / BigTV / Firstmedia / TransVision / Orange TV – Soccer Channel, MNC Sports 1, MNC Sports 2 tersedia di IndoVision
PERHATIAN: Jadwal televisi ini bisa berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dari stasiun televisi bersangkutan
No comments:
Post a Comment