Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Carlo Tavecchio, mendukung adanya boxing day di Serie-A Italia. Kendati wacana itu masih diperbincangkan, bukan tak mungkin Liga Italia bakal benar-benar menerapkan Boxing Day.
Boxing Day merupakan momen libur Natal dan tahun baru, namun pertandingan sepak bola tetap dimainkan. Liga Premier Inggris sejauh ini konsisten menerapkan Boxing Day, kendati ada beberapa pihak yang mengeluhkan hal itu.
Meski demikian, Boxing Day justru menjadi ciri khas tersendiri bagi Premier League. Pasalnya hanya Liga Premier Inggris yang menerapkan Boxing Day di antara lima liga top Eropa lainnya, Spanyol, Italia, Jerman, dan Prancis.
Pelaksanaan Boxing Day memang ada yang pro dan kontra. Bagi yang kontra, Boxing Day akan membuat pemain tidak libur dan bahkan jadwal semakin padat. Boxing Day juga yang dianggap sebagai penyebab klub-klub Inggris gagal bersaing di pentas Eropa, baik Liga Champions dan Liga Europa.
Namun, Boxing Day juga memiliki banyak manfaat. Pertandingan-pertandingan di momen itu semakin meningkatkan penonton mengingat digelar di libur panjang. Contoh saja Boxing Day yang digelar setiap tanggal 26 Desember atau sehari setelah perayaan Natal. Para fans bisa menyaksikan tim kesayangan bersama dengan keluarga dan teman-teman.
"Saya pribadi tidak mempermasalahkan itu, saya mendukung ide soal laga dimainkan di tanggal 25 Desember," ujar Carlo Tavecchio, seperti dikutip dari Football Italia, Kamis (29/12/2016).
"Mungkin ide bermain di tanggal 25 akan sulit diterima para penganut Katolik, tapi tidak masalah jika laga dimainkan di tanggal lain, meski bukan hanya kami saja yang harus beristirahat," lanjutnya.
Kasta kedua Liga Italia yakni Serie B sudah lebih dulu menerapkan Boxing Day kendati tak sepadat Liga Premier Inggris. Klub-klub akan bermain di tanggal 24 Desember atau sehari sebelum perayaan Natal. terbukti langkah itu membuat lonjakan penonton dibanding hari biasa.
Ada satu wasit yang pantas disebut sebagai wasit paling sadis di Premier League 2016/17 sejauh ini. Dia adalah Mike Dean.
Di liga tertinggi Inggris musim ini, Dean sudah sepuluh kali menjatuhkan hukuman penalti. Jumlah itu setidaknya tiga penalti lebih banyak dibandingkan wasit-wasit lain.
Wasit pemberi penalti terbanyak di Premier League 2016/17 sejauh ini: 10 – Mike Dean 7 – Robert Madley 6 – Lee Mason 5 – Mark Clattenburg 4 – Anthony Taylor.
Dean, yang dituding sebagai fanTottenham Hotspur, sudah memberikan sepuluh penalti dalam 14 pertandingan di Premier League musim ini. Penalti ke-10 diberikan Dean kepada, tak lain tak bukan, Tottenham ketika menang 4-1 di kandang Southampton dini hari tadi, Kamis (29/12).
Dean menghukum Southampton penalti setelah Nathan Redmond menjatuhkan Dele Alli di dalam kotak pada menit 57. Dean juga mengganjar pemain Southampton itu kartu merah langsung. Hanya saja, hadiah penalti dari Dean itu gagal dikonversi menjadi gol oleh Harry Kane.
Dean sendiri, usai mengusir Redmond, tercatat sudah memberi empat buah kartu merah, terbanyak oleh seorang wasit di Premier League musim ini.
Wasit pemberi kartu merah terbanyak di Premier League 2016/17 sejauh ini: 4 – Mike Dean 3 – Anthony Taylor 2 – Mark Clattenburg 2 – Jonathan Moss 2 – Craig Pawson.
Dean bisa dibilang sebagai wasit paling sadis di Premier League musim ini, tapi mungkin tidak bagi Tottenham. Coba saja tanyakan kepada para fans Southampton, atau fansWest Ham yang timnya kalah 2-3 di kandang Tottenham oleh penalti injury time Kane pada 19 November 2016 kemarin
Di ajang kompetisi domestik, banyak striker muda yang memiliki potensi bermunculan. Sebut saja Muchlis Hadi, Dendi Sulistyawan, dan Terens Puhiri.
Ketiga nama striker tersebut bisa menjadi harapan baru bagi timnas Indonesia. Bagaimana tidak, meski masih belia, mereka sudah menjadi andalan di klub masing-masing di ajang Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016.
Kehadiran para pemain muda seperti ini tentu diharapkan membawa angin segar untuk kemajuan sepakbola Indonesia agar bisa berbicara di level Internasional. Di sisi lain, penyerang andalan timnas Indonesia, Boaz Solossa sudah pernah mengutarakan niat untuk pensiun. Hal inilah yang membuat para striker muda punya peluang menembus skuat inti timnas Indonesia.
Berikut sekilas profil tiga pemain muda yang berposisi sebagai striker yang berpotensi besar jadi punggawa timnas Indonesia:
Muchlis Hadi Muchlis bisa dibilang jadi salah satu striker hasil didikan tangan dingin Indra Sjafri. Mantan penyerang timnas U-19 itu kini sukses menjelma menjadi striker berbahaya bahkan mengundang minat Alfred Riedl untuk bergabung di Piala AFF 2016 lalu. Pengalamannya masuk di Timnas senior bisa menjadi pelajaran berharga, meskipun penyerang kelahiran 26 Oktober 1996 itu memang tak dimainkan sama sekali ajang Piala AFF baru lalu.
Terens Puhiri Meskipun bukan berperan sebagai striker murni, sebagai seorang second striker Terens tampil cukup impressive. Pemain 20 tahun ini jadi idola Pusamania Borneo FC (PBFC) berkat performa apiknya saat tampil. Pemain kelahiran Jayapura tersebut menjadi salah satu bukti adanya mutiara dari tanah Papua. Dia memiliki kemiripan dengan Boaz Solossa, karena keduanya sama-sama bukan murni striker goal getter.
Dendi Sulistyawan Dendi, pemain berusia 20 tahun, putera asli Lamongan ini melesat bersama Persela. Performancenya bersama Persela cukup bagus, memberikan catatan positif dari pemain muda tersebut. Dan bukan hal aneh kemudian Alfred Riedl memanggilnya untuk seleksi Timnas Indonesia. Namun striker kelahiran 12 Oktober 1996 kalah saing dengan beberapa nama senior.
Real Madrid berhasil mencetak 152 gol dan kebobolan 51 gol dari 54 pertandingan di seluruh ajang kompetisi sepanjang 2016. Dari jumlah tersebut, Madrid beberapa kali meraih kemenangan dengan mencetak lima gol bahkan lebih.
Salah satu klub yang menjadi korban keganasan El Real adalah Getafe. Dalam pertandingan pekan ke-33 La Liga 2015-2016 yang berlangsung di Coliseum Alfonso Perez, 16 April 2016, Madrid menang dengan skor 5-1.
Real Madrid berhasil menutup babak pertama dengan keunggulan 2-0 berkat gol Karim Benzema pada menit ke-29 dan Isco menit ke-40. Los Blancos pun tetap tampil dominan pada paruh kedua.
Gareth Bale memperbesar keunggulan Madrid menjadi 3-0 pada menit ke-50. Namun, Getafe mampu memperkecil ketertinggalan berkat gol Pablo Sarabia menit ke-84.
Kebobolan satu gol, Madrid semakin terlecut untuk menggempur pertahanan Getafe. Hasilnya, James Rodriguez dan Cristiano Ronaldo bergantian membobol gawang Getafe pada menit ke-88 serta 90+2′. Real Madrid berhasil membawa pulang tiga poin plus lima gol dari lawatan ke Getafe.
Selain Getafe, Madrid juga beberapa kali mampu meraih kemenangan besar pada 2016. Bahkan, klub asuhan Zinedine Zidane itu sukses mencetak setengah lusin gol pada sejumlah pertandingan.
Berikut ini lima klub yang menjadi lumbung gol Real Madrid sepanjang 2016:
Deportivo La Crouna
Bersua Deportivo di Santiago Bernabeu pada laga pekan ke-19 La Liga Spanyol, 9 Januari 2016, Real Madrid turun dengan skuat terbaiknya. El Real pun berhasil membungkam Branquiazuis lima gol tanpa balas.
Kelima gol kemenangan Madrid disarangkan Karim Benzema menit ke-15 dan 90+1′, serta Gareth Bale pada menit ke-22, 49′, dan 63′. Hasil ini pun terasa spesial buat Zinedine Zidane. Sebab, ini adalah kemenangan perdana Zidane sebagai pelatih Madrid, setelah ditunjuk menggantikan Rafael Benitez pada 4 Januari 2016.
Espanyol
Tren bagus Los Blancos berlanjut ketika menghadapi Espanyol di Santiago Bernabeu pada laga pekan ke-22 La Liga Spanyol, 31 Januari 2016. Madrid menang setengah lusin gol atas Espanyol.
Cristiano Ronaldo menjadi bintang kemenangan Real Madrid pada laga ini. CR7 berhasil mengukir hattrik pada menit ke-12, 45′, dan 82′. Sementara itu, tiga gol Madrid lainnya disarangkan Karim Benzema (7′), James Rodriguez (16′), dan gol bunuh diri Oscar Duarte (86′).
Celta Vigo
Madrid lagi-lagi tampil trengginas ketika bermain di hadapan pendukungnya sendiri. Menjamu Celta Vigo pada laga pekan ke-28 La Liga Spanyol, 5 Maret 2016, El Real menang dengan skor 7-1.
Ronaldo kembali memperlihatkan ketajamannya. Kapten timnas Portugal itu empat kali menjaringkan bola ke dalam gawang Celta Vigo, yakni menit ke-50, 58′, 64′, dan 76′. Pepe (41′), Jese Rodriguez (77′), serta Gareth Bale (81′) melengkapi pesta gol Real Madrid ke gawang Os Celticos.
Sayangnya, kemenangan tersebut belum mampu mendongkrak posisi Madrid di klasemen La Liga 2015-2016. Mereka saat itu masih tertahan di peringkat tiga dengan nilai 60, atau terpaut sembilan poin dari Barcelona yang berada di puncak klasemen.
Real Betis
Memasuki musim 2016-2017, Real Madrid langsung tancap gas. Setelah meraih empat kemenangan dan tiga hasil imbang, Madrid kembali mendulang poin penuh pada pekan ke-8 La Liga.
Bertandang ke markas Real Betis di Estadio Benito Villamarin pada 15 Oktober 2016, Madrid menang dengan skor 6-1. Keenam gol El Real tercipta atas nama Raphael Varane pada menit ke-4, Karim Benzema menit ke-31, Marcelo menit ke-39, Isco menit ke-45 dan 62′, serta Cristiano Ronaldo menit ke-78′.
Hasil positif tersebut membuat Real Madrid berada di urutan kedua klasemen sementara La Liga dengan mendulang 18 poin hasil dari delapan pertandingan. Mereka hanya kalah selisih gol dari Atletico Madrid yang saat itu menempati puncak klasemen.
Cultural Leonesa
Selain di La Liga, Real Madrid juga tampil trengginas ketika bertanding di ajang Copa del Rey. El Real sukses menghajar Cultural Leonesa dengan agregat 13-2 pada fase 32 besar Copa del Rey.
Pada leg pertama yang digelar di Reino de Leon, 26 Oktober 2016, Madrid melumat klub Segunda Division B itu dengan skor 7-1. Pesta gol Real Madrid diawali gol bunuh diri Gianni Zuiverloon pada menit ke-6.
Disusul lesatan dari Marco Asensio menit ke-32 dan 53′, Alvaro Morata menit ke-46 dan 55′, Nacho menit ke-68, dan Mariano Diaz menit ke-90+2. Tim tuan rumah hanya mampu membalas lewat gol Benja (84′).
Pada pertemuan kedua di Santiago Bernabeu, 30 November 2016, Real Madrid menang 6-1. Mariano Diaz menyumbangkan tiga gol, yakni menit ke-1, 42′, dan 87′.
Sementara itu, tiga gol Madrid lainnya disarangkan James Rodriguez (23′), Enzo Zidane (63′), dan gol bunuh diri Cesar Morgado (90′), sedangkan satu gol Cultural Leonesa dicetak Yeray Gonzalez pada menit ke-45.
Wasit Premier League, Mark Clattenburg, disebut tengah menjadi target Liga Super Tiongkok.
Clatteburg kabarnya diinginkan oleh pihak penyelenggara kompetisi setempat untuk memikat para pemain bintang lain agar bersedia bermain di Tiongkok, menurut laporan yang diturunkan oleh The Mirror.
Clattenburg sendiri sudah menjalani karir yang luar biasa dalam satu tahun belakangan, usai belum lama ini mendapat penghargaan sebagai wasit terbaik dunia dalam ajang Globe Soccer Award yang digelar di Dubai.
Sebagai salah satu wasit elit FIFA, Clattenburg mendapatkan tugas untuk memimpin beberapa pertandingan besar dan ia sempat menjadi pengadil di pertandingan final Piala FA, Liga Champions, dan juga laga puncak Euro 2016 antara Portugal dan Prancis.
Liga Super Tiongkok sendiri terus menunjukkan tajinya dalam merekrut pemain kelas dunia, usai belum lama ini mereka meresmikan transfer Oscar dari Chelsea dan Carlos Tevez dari Boca Juniors.
Inter Milan bertekad finis di tiga besar Liga Italia 2016-2017 yang menggaransi satu tiket ke playoff Liga Champions 2017-2018. Demi merealisasikan hal tersebut, Nerazzurri –julukan Inter– berupaya memperkuat skuad dengan mendatangkan tiga pemain anyar pada bursa transfer Januari 2017.
Seperti diberitakan Football Italia, Kamis (29/12/2016), Inter berencana mendatangkan gelandang Paris Saint-Germain yakni Marco Verratti, Federico Bernardeschi (Fiorentina) dan Kostas Manolas (AS Roma).
Jika melihat nama-nama yang disebut di atas, fokus pembenahan Inter ada di lini belakang dan tengah. Dalam pola 4-2-3-1 racikan Stefano Pioli, Manolas dapat diduetkan dengan Jeison Murillo dan Joao Miranda di lini belakang.
Kehadiran Manolas dapat memperkukuh lini belakang La Benemata –julukan lain Inter– yang saat ini sudah kemasukan 21 kali dari 18 pertandingan. Sementara itu, Verratti jelas akan dimainkan sebagai gelandang double pivot dan berpotensi ditandemkan dengan Marcelo Brozovic.
Sementara Bernardeschi dapat dimainkan di segala posisi di lini depan. Selain dapat bermain sebagai winger kanan maupun kiri, pemain berusia 22 tahun juga bisa bertugas sebagai second striker.
Uang besar memang harus disiapkan Inter dalam mendapatkan ketiga pemain tersebut. Namun, kekuatan uang dari Suning Group –pemilik Inter– membuat Inter dapat bernapas lega dalam mendatangkan pemain idaman.
No comments:
Post a Comment