Neymar Resmi Perpanjang Kontrak dengan Barca Sampai 2021
berita7up.com – Barcelona akhirnya mengumumkan kontrak baru Neymar. Bintang sepakbola Brasil itu telah resmi menandatangani kontrak baru berdurasi lima tahun ke depan. Pada kesepakatan baru ini, Barca menaikkan klausul buy-out Neymar menjadi 210 juta poundsterling (sekitar Rp 3,6 triliun). Demikian diwartakan Sky Sports.
Sesungguhnya, Neymar masih punya sisa dua tahun kontrak sampai akhir musim 2017-18. Akan tetapi, pesepakbola berusia 24 tahun itu ramai dikabarkan menjadi incara klub-klub raksana Eropa termasuk Manchester United, yang kabarnya siap mengajukan tawaran ‘wah’.
Namun, klub pemburu Neymar mesti gigit jari setelah si pemain menyepakati kontrak baru. Klausul buy-out Neymar ditetapkan sekitar 167 juta pound di tahun pertama, lalu 185 juta pound di tahun kedua dan 210 juta pound di tiga tahun sisanya.
“Sangat gembira bisa terus melanjutkan mimpi itu! Panjang umur Barca! Panjang umur Catalonia!” ucap Neymar di akun Twitter pribadinya pada Kamis (30/6/2016) malam waktu setempat.
Sejak digaet dari Santos pada 2013, Neymar menjadi pemain kunci Barca. Dalam tiga musim, Neymar sudah menyumbang 85 gol dalam 141 penampilan di seluruh kompetisi dan membantu Blaugrana menjuarai dua titel liga dan Copa del Rey, satu Liga Champions, Piala Super Spanyol, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub.
Sepanjang Sejarah piala eropa digelar, berikut hasil pertandingan yang mengejutkan
berita7up.com – Sejarah panjang Piala Eropa nampaknya memang cukup membuat banyak pertandingan-pertandingan yang cukup mengejutkan. Banyak negara-negara yang awalnya tidak begitu diperhitungkan akhirnya berhasil mengalahkan tim-tim raksasa dan akhirnya berhasil membuat berjuta pasang mata terbelalak tidak percaya. Dan inilah 5 hasil pertandingan dengan hasil yang cukup mengejutkan di sejarah Piala Eropa.
1. Republik Irlandia VS Inggris.
Di tahun 1988 nampaknya Inggris memang telah sangat diperhitungkan sebagai negara yang memiliki tim sepak bola yang kuat. Namun ternyata pada Piala Eropa di tahun 1988, tim Inggris harus menahan rasa malu karena ia harus kalah dari tim Republik Irlandia padahal pertandingan tersebut adalah debut pertamanya.
2. Swedia VS Inggris
Lagi-lagi sebuah pertandingan yang mengejutkan datang dari Tim Inggris. Meski memiliki materai pemain yang tak bisa dianggap remeh, namun lagi-lagi Inggris harus takluk di hadapan negara kecil yaitu Swedia, padahal kala itu adalah debut pertama Swedia.
3. Denmark VS Jerman Barat
Kali ini tim Jerman yang harus malu karena dikalahkan oleh tim kecil Denmark. Bahkan karena kemenangan itu Denmark mendapatkan julukan The Dinamit.
4.Republik Ceko VS Italia
Republik Ceko tentu belum begitu populer memiliki tim spebola yang cukup kuat. Akan tetap secara mengejutkan di tahun 1996, tim Republik Ceko ini berhasil mengalahkan tim sekelas Italia.
Gianluigi Buffon dan Manuel Neuer layak jadi kiper terbaik piala eropa 2016
berita7up.com – Piala Eropa 2016 telah memasuki babak perempat final. Dari sekian banyak kiper, ada dua calon kandidat terkuat menjadi penjaga gawang terbaik di turnamen empat tahunan.
Sosok pertama terletak dalam diri kiper Italia, Gianluigi Buffon. Penampilan bagus ditunjukkan kapten Gli Azzuri tersebut di Prancis. Dari tiga laga yang dijalani, Buffon belum sekalipun kebobolan. Kiper klub Juvetus itu juga tercatat melakukan empat kali penyelamatan. Gawang Italia memang pernah sekali dibobol saat laga melawan Republik Irlandia. Tapi, saat itu gawang Gli Azzurri dikawal Salvatore Sirigu.
Satu kandidat lainnya berasal dari timnas Jerman. Siapa yang tak kenal dengan nama Manuel Neuer. Kiper Bayern Munich itu sukses menjaga gawang Jerman tak kebobolan dalam empat pertandingan. Catatan penyelamatannya juga sudah mencapai empat kali.
Jerman pun menjadi salah satu tim yang gawangnya belum kebobolan. Satu tim lainnya adalah Polandia.
Soal penampilan Buffon dan Neuer, pelatih kiper Jerman, Andreas Koepke, memberikan sanjungan tinggi.
“Mereka berdua merupakan penjaga gawang yang top, dua kiper terbaik di turnamen. Mereka mengomando pertahanan dan merupakan dua figur penting baik di dalam maupun di luar lapangan,” kata Koepke.
“Saya harus mengangkat topi pada Gigi Buffon untuk ketenangan yang sudah dia berikan dan bagaimana pentingnya dirinya untuk tim yang dibelanya. Manuel Neuer menginterpretasikan pertandingan dengan berbeda, jadi susah untuk membandingkan keduanya. Saya tak terlalu percaya dengan peringkat pemain.”
“Manuel selalu ingin memperbaiki permainannya. Selalu ada hal kecil yang bisa Anda tingkatkan. Dia sangat mengkritik diri sendiri seusai pertandingan,” imbuhnya.
Inggris Mencari Pelatih Baru pengganti roy hodgson yang mundur
berita7up.com – Saat Inggris mulai mencari pelatih baru kelima mereka dalam 10 tahun setelah tersingkir memalukan di Piala Eropa 2016, ada muncul banyak mantan pelatih yang juga kehilangan pekerjaan dibanding jumlah pesaing serius untuk menggantikan Roy Hodgson.
Glenn Hoddle (1996-1999), Kevin Keegan (1999-2000), Steve McClaren (2006-2007) dan Fabio Capello (2008-12) semuanya mundur. Sementara pelatih asal Swedia Sven- Goran Eriksson (2001-2006) mengalami waktu yang sulit dengan Shanghai SIPG menyusul hasil buruk di di Liga super China.
Daftar yang menunjukkan pendekatan berbeda Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) sebelumnya telah digunakan dalam mengidentifikasi kandidat yang tepat, mulai dari pelatih asing yang berpengalaman (Capello), pelatih klub Inggris yang dihormati (McClaren), dan mantan pemain (Keegan).
Tuntutan dari pekerjaan yang kini mendapat bayaran 3,5 juta pound (70 miliar rupiah) per tahun terlihat mustahil dan telah mengalahkan pikiran tentang sepak bola terbaik. Ini adalah setengah abad sejak negara itu tak memenangi gelar apapun. Terakhir kali mereka menjadi juara pada Piala Dunia 1966.
Sementara negara-negara besar seperti Jerman, Prancis dan Spanyol telah memenangkan trofi dalam dua dekade terakhir, prestasi terbaik Inggris hanya penampilan semifinal di Piala Dunia 1990 dan di Piala Eropa 1996.
Tampaknya tidak ada penerus yang jelas untuk Hodgson, yang telah dipermalukan di media Inggris setelah kekalahan dari Islandia pada Senin. Pencarian akan dilakukan oleh Dan Ashworth, direktur teknik FA, bersama kepala eksekutif Martin Glenn dan Dave Reddin, kepala layanan kinerja.
Pelatih tim U-21 Inggris Gareth Southgate, yang barubaru ini membawa Inggris merebut kemenangan di Toulon pada turnamen bulan lalu, adalah favorit awal. Pemegang 57 caps yang merupakan mantan gelandang tim nasional Inggris bersaing dengan mantan pelatih Tottenham Hotspur Harry Redknapp, yang bersaing dengan Hodgson untuk kursi pelatih pada 2012.
"Tahu apa dia tentang sistem? Sistem yang kalah? Saya suka Gareth Southgate, dia anak yang hebat, tapi apa yang telah dia lakukan?"
Mantan pemain tim nasional Inggris dan kini menjadi pengamat sepakbola Alan Shearer, mengatakan Southgate bisa menjadi pilihan tepat, meski minim pengalaman – terlepas dari periode singkatnya di Newcastle pada tahun 2009.
Pelatih asal Prancis Arsene Wenger, yang secara luas dihormati dalam sepak bola Inggris setelah 20 tahun di Arsenal, akan menjadi pilihan yang populer jika FA harus menjatuhkan pilihan kebijakan saat ini. Penunjukan Wenger diperjuangkan oleh mantan pemain internasional Inggris Teddy Sheringham. "Sudah waktunya Inggris memilih Arsene Wenger," tulis Sheringham.
"Inggris memiliki kekuatan, semangat, keinginan dan kelaparan. Mereka kuat dan tangguh. Tapi Inggris membutuhkan struktur. Mereka perlu tipu muslihat dan siasat. Jika Anda melihat cara Arsenal bermain, mereka memiliki struktur untuk tim.
berita7up.com – Timnas Prancis akan menghadapi Islandia, Senin (4/7/2016) dini hari WIB, tanpa diperkuat N’Golo Kante dan Adil Rami. Penyebabnya, dua pemain penting di lini belakang Prancis itu sudah mengoleksi dua kartu kuning. Lantas pertanyaan yang muncul, siapa yang akan menggantikan mereka?
Kante dan Rami merupakan pilar penting dalam pertahanan skuad Prancis, sehingga sampai saat ini gawang Les Bleus, julukan Prancis, baru kebobolan dua gol. Sayangnya, mereka sama-sama memperoleh kartu kuning kedua saat Prancis menghadapi Irlandia Utara, di babak 16 Besar, sehingga tidak boleh tampil di laga berikutnya, di mana Prancis akan menghadapi Islandia.
Rami, yang menggantikan Raphael Varane yang cedera, ternyata berhasil memenangi hati Pelatih Didier Deschamps. Dalam empat laga di Euro 2016, bek tengah klub Sevilla ini berhasil melakukan sembilan intersep, dan mempunyai tingkat keberhasilan tekel sampai 100 persen.
Namun, yang lebih penting lagi, dia berhasil membangun kerja sama yang kompak dengan Laurent Koscielny dan Hugo Lloris dalam menjaga gawang Prancis. Tanpa kehadiran Rami, maka Deschamps harus memilih antara Eliaquim Mangala atau Samuel Umtiti untuk mendampingi Koscielny.
Mereka semua adalah bek tengah yang hebat untuk klub masing-masing, yakni Manchester City dan Olympique Lyonnais. Sayangnya, keduanya belum pernah sekali pun tampil di Euro ini, akibat begitu baiknya permainan Koscielny dan Rami.
Dari sisi kualitas, Mangala dan Umtiti sama-sama memiliki kelebihan. Mangala unggul dalam segii intersep dan menghalau bola, namun cukup mengkhawatirkan dari segi tekel. Di Manchester City, Mangala kerap mendapat peringatan karena tekelnya dianggap berbahaya.
Sementara Umtiti lebih baik untuk menahan tembakan dan keberhasilan tekel. Kekerapannya memperoleh kartu kartu kuning pun lebih rendah dari Mangala. Hanya saja Mangala lebih unggul dari Umtiti dalam hal senioritas di Bleus, karena dia sudah tujuh kali tampil bersama skuad ini. Sementara Umtiti masih menunggu debutnya bersama Bleus di Euro 2016. Dengan kata lain dia belum teruji menjadi rekan kerja Koscielny atau Mangala.
Apakah Prancis Akan Mengakhiri Cerita Indah Islandia di EURO 2016?
berita7up.com – Islandia terus memberi kejutan di EURO 2016. Usai mengalahkan Belanda pada babak kualifikasi, Islandia sukses menyingkirkan Inggris pada babak penyisihan grup. Apakah tren ini akan terus berlanjut di babak perempat final EURO 2016?
Negara yang berpenduduk tiga ratusan ribu jiwa itu akan meladeni Perancis, tuan rumah EURO 2016. Perancis tentunya mencoba mengakhiri cerita indah Islandia saat kedua tim bertemu di Paris, Senin (04/07) dinihari.
Anak asuh Didier Deschamps lolos ke perempat final setelah mengalahkan Irlandia dengan dramatis. Bacary Sagna memainkan peran vital dalam mengalahkan Irlandia. Assist yang dibuatnya untuk Antoine Griezmann membuat skor menjadi imbang dan menghidupkan asa Perancis.
Untuk itu, Perancis terlihat lebih meyakinkan dan bermain seperti calon juara. Mereka berharap mampu menjuarai turnamen ini di negara sendiri seperti yang mereka raih di tahun 1984 dan 1998. Dengan catatan, mereka tidak boleh melakukan kesalahan seperti yang dibuat Inggris ketika menghadapi Islandia.
7 Alasan Islandia Pantas Dapat Dukungan di Sisa Euro 2016
berita7up.com – Islandia menjadi fenomena di pentas Piala Eropa 2016. Menjadi negara terkecil di pesta sepak bola benua biru tersebut, langkah Islandia justru belum terbendung hingga kini. Tim besutan Lars Lagerback tersebut lolos ke perempat final setelah mengalahkan Inggris pada babak 16 besar. Sebagai pendatang baru, Islandia awalnya dipandang sebelah mata. Namun perjuangan dan kultur sepak bola Strákarnir okkar telah mencuri perhatian tim-tim lawan dan pecinta sepak bola dunia.
Belakangan, dukungan terus mengalir kepada ‘negeri liliput’ tersebut. Banyak alasan yang membuat para penggila bola jatuh hati kepada skuat Eidur Gudjohnsen dan kawan-kawan. Di bawah ini tujuh alasan kenapa banyak yang beralih mendukung Islandia di Euro 2016 versi Mirror.co.uk:
1. Lars Lagerback Pelatih berusia 67 tahun tersebut merupakan pahlawan bagi timnas Islandia. Di tangannya, tim berjuluk Strákarnir okkar untuk pertama kali dalam sejarah lolos ke babak utama Piala Eropa. Timnas Islandia berhasil melangkah ke Prancis setelah berhasil menempati posisi kedua Grup A. Namun bukan kali ini saja Lagerback mengukir sejarah. Dalam rentang waktu 2000-2009 Lageback juga berhasil membawa Swedia melaju ke babak utama Piala Dunia 2002 dan 2006 serta Piala Eropa 2000 dan 2004. Ini pertama kali Swedia lolos ke 4 babak utama turnamen elit secara beruntun. Lagerback juga berhasil membawa Swedia ke babak utama Piala Eropa 2008, tapi tersingkir di babak kualifikasi grup. Kegagalan ini membuatnya terpaksa angkat kaki dari jabatannya. Saat Swedia tertatih-tatih menuju babak utama Euro 2016, nama Lagerback pun ramai diperbincangkan di media sosial Twitter. Publik Swedia ramai-ramai menggoda agar Lagerback kembali menangani negaranya. Namun dengan tegas Islandia menolak permintaan tersebut. Pilihan ini terbukti tepat. Sebab bersama Lagerback, Islandia berpotensi mengukir sejarah yang lebih besar.
2. Semangat Viking Menjadi negara terkecil yang tampil di Euro 2016, Islandia tidak minder. Sebaliknya, mereka justru tampil penuh percaya diri, termasuk saat bertemu raksasa Eropa seperti Portugal hingga Inggris. Rasa percaya diri Islandia tak lepas dari dukungan yang diberikan publiknya. Kedekatan Strákarnir okkar dengan para penggemarnya tergambar setiap Islandia selesai menjalani pertandingan. Lihat saja selebrasi Islandia saat merayakan kemenangan bersama fansnya. Dengan penuh semangat mereka melantunkan nyanyian viking untuk menjaga semangat bertanding di Piala Eropa 2016.
3. Totalitas Dukung Islandia
Dukungan tidak hanya diberikan warga Islandia yang hadir di Prancis. Statistik mencatat, sebanyak 99,8 persen warga Islandia menyaksikan pertandingan melawan Inggris di babak 16 besar Piala Eropa 2016. Artinya hanya 650 warga Islandia yang tidak menyaksikan duel melawan Three Lions.
4. Pemain yang Tangguh
Di lapangan hijau, para pemain Islandia dikenal tangguh. Mereka tidak gentar meski berhadapan dengan tim-tim elite Eropa. Para pemain juga tidak perduli dengan omongan pemain lawan terkait cara bermain mereka. Pencetak gol Islandia melawan Inggris, R Sigurdsson menegaskan hal ini usai memastikan tiket menuju perempat final. “(Inggris) mengira laga ini seperti berjalan di taman, tapi kami percaya dengan kemampuan kami,” ujarnya usai menghempaskan Three Lions. Pelatih Islandia, Heimir Hallgrimsson, juga mengatakan dia tidak terlalu khawatir terhadap Inggris. Dia bahkan lebih santai dibanding saat bertemu Austria sebelumnya. “Jika seseorang berkata kepada saya beberapa tahun lalu bahwa kami akan mencapai babak delapan besar, saya pasti tidak akan percaya,” kata Hallgrimsson.
5. Komentator Heboh
Kehebohan ternyata tidak hanya milik para penggemar Islandia yang menyaksikan pertandingan secara langsung di Prancis. Lewat layar kaca, pertandingan juga tak kalah hebohnya. Itu semua berkat kehadiran komentator bersemangat yang memandu jalannya pertandingan.
6. Fans Royal
Loyalitas pendukung Islandia tidak perlu diragukan lagi. Salah seorang fans ‘gila’ asal Islandia, Gretar Sigfinnur Sigurdarso bahkan sampai mencarter pesawat Boeing 737 demi menyaksikan tim kesayangannya tampil di Nice, Senin lalu. Pesawat berkapasitas 180 penumpang itu disewa untuk mengangkut mereka pergi dan pulang dari Reykjavik menuju Nice. Untuk ini, dia harus merogoh kocek hingga 140 ribu pounds. “Saya akan menempuh perjalanan pulang-pergi dalam sehari. Kami berangkat pagi-pagi, dan kembali lagi sorenya sesaat setelah pertandingan usai,” tulisnya di Facebook.
7. Invasi Tolfan Tolfan dalam bahasa Islandia berarti 12 yang diambil dari pemain ke-12 atau sebutan lain bagi suporter. Kelompok Suporter Islandia awalnya hanya dihuni beberapa orang yang merasa perlu memberikan dukungan kepada tim nasionalnya. Namun belakangan kelompok ini terus berkembang seiring perjalanan gemilang timnas Islandia. Kekompakan fans Islandia bisa dilihat di Prancis.
Final dan Juara Piala Eropa 2016 jadi impian Timnas Islandia
berita7up.com – Kemenangan Islandia atas Inggris membuat publik dunia teringat Leicester dengan kisah fairy tale yang menjadi juara EPL – LIga Primer Inggris. Namun, sejatinya mimpi Islandia dan publik dunia itu akan sulit terwujud. Pasalnya, EPL bukanlah bandingan Euro. Pun kekuatan Islandia tak sebanding dengan Prancis dan Jerman. Inggris yang ditaklukkan oleh Islandia hanyalah timnas memble dan papan bawah di Eropa, tidak seperti Timnas papan atas Jerman, Prancis atau Italia.
Baru beberapa pekan lalu Leicester City menjadi perbincangan dunia usai menjuarai Premier League 2015/2016. Kini Islandia berharap bisa mengikuti jejaknya. Leicester secara mengejutkan tampil sebagai juara Premier League 2015/2016, menghentikan dominasi tim-tim raksasa seperti Manchester City, Manchester United, atau Chelsea dalam beberapa musim sebelumnya. Hasil ini benar-benar di luar dugaan karena pada musim sebelumnya, Leicester nyaris terdegradasi dan menghabiskan sebagian besar waktu di posisi terendah.
Kisah ajaib Leicester, tim kecil dengan skuat apa adanya, dianggap bisa menginspirasi tim-tim lain untuk menjadi kejutan dan mendobrak hegemoni tim besar. Kini Islandia ada dalam jalur tersebut.
Tim arahan duet Lars Lagerback dan Heimir Hallgrimsson ini baru saja menjungkalkan Inggris di babak 16 besar Piala Eropa 2016. Sebelumnya mereka juga berhasil finis di depan Portugal dan Austria yang di atas kertas lebih kuat, pada fase grup.
"Saya sungguh ingin berbagai hal berakhir seperti yang mereka lakukan dengan Leicester. Mereka bermain dengan mengerahkan semua kekuatan dan kami sedang mencoba melakukan yang sama," ujar Hallgrimsson dikutip Soccerway.
"Saya rasa ada semacam semangat yang sama di kedua tim ini. Kami sama-sama mau bekerja bersama-sama," imbuhnya.
Di perempatfinal, Islandia akan menghadapi tantangan berat lainnya yakni Prancis dalam laga di Stade de France, Senin (4/7/2016) dinihari WIB. Meski punya impian bisa mengikuti jejak Leicester, Hallgrimsson juga mengakui bahwa terlepas dari hasil sejauh ini, kiprah Islandia sudah memicu perubahan.
"Saya rasa perhatian sudah berubah, saya sudah mengatakan itu sebelum capaian ini menempatkan sepakbola Islandia di standar yang lebih tinggi. Bukan cuma mengubah segala sesuatunya untuk para pemain di sini, tapi juga seluruh pesepakbola Islandia," katanya.
"Ini seharusnya menguntungkan sepakbola Islandia secara keseluruhan. Mengalahkan Inggris sudah selalu ada dalam pikiran orang-orang Islandia, para pemain akan jadi pahlawan saat pulang," demikian pria yang juga berprofesi sebagai dokter gigi ini.
No comments:
Post a Comment